Makanan tinggi lemak, minuman alkohol, tidak berolahraga, dan pola hidup buruk ialah penyebab lazim terjadinya penumpukan lemak di area perut.
Lemak perut berbeda dengan lemak di bagian badan yang lain. Kelebihan lemak di area pinggang, pinggul, dan perut tersimpan dalam bentuk lemak subkutan yang berada di bawah kulit.
Sebenarnya, lemak ini relatif tidak berbahaya. Bahkan, mampu melindungi kita dari diabetes sebab mampu memajukan fungsi regulasi insulin.
Namun, kalau presentasenya telah melampaui jumlah massa otot keseluruhan dalam badan justru bisa memajukan peluangdiabetes dan serangan jantung.
Kajian perihal bahaya lemak perut berlebihan bukanlah informasi yang gres. Sebaliknya, masalah ini sudah dibahas dan diteliti sejak tahun 1940-an.
Seorang dokter asal Perancis, Jean Vague, ialah ilmuwan pertama yang mengobservasi bahwa sebagian pasien obesitas memiliki kadar kimiawi darah yang normal dan sebagian lagi tidak wajar .
Darah pasien obesitas yang akut memperlihatkan kimiawi darah ajaib yang mengembangkan risiko penyakit jantung dan diabetes. Biasanya, mereka ini memiliki presentasi jumlah lemak perut yang tinggi. Kebanyakan yaitu pria.
Semenjak periode lalu, beberapa penelitian sudah menegaskan bahwa kelebihan lemak perut yakni bahaya berbahaya untuk kesehatan, khususnya pada kaum laki-laki.
Jadi, keadaan ini bukan sekadar efek samping dari pola hidup yang jelek. Namun, menunjukan faktual bahwa kimia dalam tubuh Anda rusak.
Berikut berbagai macam masakan yang cukup efektif membantu acara pembatasan makanan untuk pria yang memiliki kadar lemak berlebih di bagian perut:
Perbanyak protein
Tingkatkan jumlah protein dalam menu kuliner sehari-hari Anda untuk membuat lebih mudah acara pengecilan perut. Lebih kurang 25 persen dari keseluruhan menu setiap kali makan.
Pasalnya, protein membuat perut cepat kenyang dan mempermudah proses pembentukkan otot yang bisa meningkatkan metabolisme sehingga berat tubuh lebih singkat turun.
Diet tinggi protein juga sudah terbukti ampuh untuk meminimalkan kadar lemak dalam tubuh.
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh International Journal of Obesity di Denmark terhadap 65 orang yang dibagi dalam dua golongan. Kelompok pertama menjalani pembatasan makanan 12 persen protein. Kelompok kedua, 25 persen protein.
Hasilnya, kelompok pertama berhasil menurunkan berat tubuh sebanyak 22 kilogram. Namun, hasil paling mencengangkan ialah kelompok kedua yang berhasil kehilangan berat tubuh 40 kilogram.
Kelompok kedua adalah partisipan yang berhasil menurunkan presentase lemak pada perut paling banyak.
Jangan jauhi lemak
Pakar mengusulkan bahwa masakan yang sehat yang mengandung 30 persen lemak. Sebab, lemak menolong Anda merasa kenyang lebih usang dan menahan nafsu makan. Selain itu, lemak juga memproduksi asam lemak esensial yang diharapkan tubuh agar sehat optimal.
Terlepas dari semua itu, lemak mendatangkan imbas psikologi pada Anda yang menciptakan Anda merasa sudah mengonsumsi makanan nyata yang nikmat.
Bijak mengonsumsi karbohidrat
Apabila kandungan protein dan lemak Anda sudah sebanding, konsumsi karbohidrat juga harus dijaga. Sebab, karbohidrat membantu perut terasa sarat dan kenyang lebih lama sehingga bisa memanipulasi rasa lapar yang hadir di antara waktu makan.
Jumlah karbohidrat yang baik yakni 45 persen dari keseluruhan sajian makan. Angka tersebut sudah cukup untuk memperlihatkan energi pada badan untuk menyerap nutrisi dan mengeluarkan energi dengan cara berolahraga.
Olahraga
Lari dengan tanjakan. Cobalah berlatih lari menggunakan treadmill. Lalu, gunakan fitur incline untuk mengembangkan daya tanjak pada mesin.
Pasalnya, berlari dengan dataran menanjak mampu memperabukan lemak 50 persen lebih banyak daripada berlari di dataran lurus.
"Pergerakan jantung Anda akan cepat meningkat seiring dengan penambahan intensitas latihan lari," ujar Jill Penfold, seorang pelatih profesional dari Los Angeles, Amerika Serikat.
"Anda tak perlu berlari cepat mirip sprint," imbuhnya.
Intinya, sesuaikan kondisi dan kekuatan badan dengan pilihan olahraga Anda.
Post a Comment for "Diet Dan Olahraga Yang Diusulkan"