Hary Tirto Djatmiko, Kepala Bagian Humas BMKG menyampaikan, Mei-Juni menjadi bulan awal memasuki trend kemarau. Beberapa daerah di Indonesia telah mengalami gejala tanpa hujan selam 30 hari. Dimulai dari daerah Nusa Tenggara, Bali, Jawa, dan Sumatera. Gejala ini secara sedikit demi sedikit akan bergeser ke daerah lain.
“Terutama memang kawasan di bagian selatan khatulistiwa,” ujar Hary.
BMKG memprediksi puncak kemarau akan jatuh di bulan Agustus dan September. Selama itu, tampaknya kita mesti banyak-banyak tabah menahan rasa gerah. Sebab suhu udara mampu meraih 32-35°C dan gres mulai selsai pada Bulan Oktober.
“Tidak ada fenomena di luar kebiasaan, masih relatif normal selama era 30 tahun,” kata Hary lagi.
Namun, cuaca panas ini bisa semakin menyiksa bagi mereka yang hendak melakukan ibadah puasa pada pertengahan Mei hingga Juni nanti. Panas berlebih dapat membikin problem kesehatan fatal, terlebih pada individu dengan dilema jantung dan pernafasan. Lalu bagaimana menyiasatinya?
Suhu tubuh insan harus tetap berkisar antara 36,1-37,8°C. Jika lebih dari angka 37,8, tubuh memiliki prosedur untuk mendinginkan suhu dengan berkeringat. Namun, ada golongan individu yang tak mampu mengeluarkan keringat secara maksimal.
Misalnya orangtua dan individu dengan konsumsi obat tertentu yang menghalangi buatan keringat. Lebih sedikit keringat artinya suhu tubuh akan lebih singkat naik. Jika telah begitu, mereka dapat membuatkan kecapekan akibat suhu tinggi (heat exhaustion). Jika dibiarkan, kondisi ini akan berkembangmenjadi heat stroke dan dapat menghancurkan otak, organ vital lain, bahkan menjadikan ajal.
Orangtua ialah salah satu kelompok yang paling rentan terkena paparan suhu panas, utamanya bagi mereka yang usianya telah melampai 75 tahun ke atas. Selanjutnya yaitu bayi dan anak kecil, individu dengan kondisi kronis, terutama masalah jantung atau pernapasan. Lalu, individu dengan persoalan mobilitas, misalnya orang dengan penyakit parkinson atau stroke. Juga, orang dengan problem kesehatan mental serius, obat-obatan tertentu, alkohol, dan individu yang aktif secara fisik.
Tips Menghadapi Cuaca Panas
Ada beberapa tanda dari badan yang perlu kita waspadai saat terpapar suhu tinggi. Ketika kehilangan cairan tubuh berlanjut, badan akan mengalami kelelahan yang diakibatkan oleh kurang air atau kurang garam. Gejala kurang air di antaranya yaitu rasa haus berlebihan, lemas, pusing, dan hilang kesadaran. Sementara itu, tanda-tanda kurang garam ditandai mual, muntah, kram otot, dan pusing.
Secara umum, gejala dari capek panas meliputi kebingungan, warna air seni gelap, sakit kepala hingga pingsan, kecapekan, pusing, kram otot atau perut, mual, muntah, atau diare, kulit pucat, banyak berkeringat, detak jantung cepat. Ada beberapa kiat yang dapat diterapkan sebagai menghindari imbas kesehatan akibat suhu panas.
Pertama, tutuplah semua jendela atau ventilasi rumah Anda dikala udara di luar lebih panas. Lakukan hal sebaliknya dikala udara menjadi lebih cuek supaya sirkulasi udara tetap berjalan. Anda mampu memakai tirai berwarna terperinci untuk menutup jendela, alasannya tirai berwarna gelap mampu membikin ruangan lebih panas.
Hindari beraktivitas di luar ruangan antara pukul 11 pagi sampai 3 sore karena jam-jam ini yakni waktu terpanas hari. Jika mesti keluar, kenakan pakaian longgar, penutup kepala, dan topi. Mandilah dengan air masbodoh dan minum air/jus buah secara teratur.
Anda juga perlu menghindari konsumsi minuman berkadar gula tinggi seperti coke, alkohol, teh, dan kopi berlebih. Sebab, gula akan diubah menjadi energi, dan proses tersebut akan memajukan suhu badan. Konsumsi air sebanyak 17-20 ons direkomendasikan untuk individu dengan acara tinggi mirip olahragawan dengan jarak konsumsi 2-3 jam sebelum aktivitas. Plus, konsumsi 7-10 ons setiap 20 menit dan 8 ons dalam waktu setengah jam sehabis acara.
Post a Comment for "Kiat Menghadapi Cuaca Panas"