Polusi atau pencemaran lingkungan menurut Undang – Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 diartikan sebagai kejadian masuknya atau dimasukannya mahkluk hidup, zat, energi, dan unsur lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh acara manusia atau oleh proses alam sehingga mutu lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak mampu berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Zat atau bahan yang mampu menjadikan pencemaran itu sendiri disebut polutan.
Menurut informasi Deputi Bidang Sains LAPAN Afif Budiyono, sejauh ini kota-kota besar memang memiliki kadar polutan tertinggi di Indonesia. Bandung, Jakarta, Surabaya menjadi tempat yang paling parah terdampak polutan.
"LAPAN sudah pernah melakukan observasi terkait kadar polutan di kota-kota besar Indonesia. Bandung, Jakarta dan kota besar yang lain memiliki polutan tertinggi. Kalau dibandingin sama Dieng sana ya jauh," kata Afif dikala dihubungi kumparan (kumparan.com), Senin (17/4).
Dampak paling positif pastinya yaitu menurunnya kesehatan masyarakat terutama kesehatan paru-paru seperti ISPA.
"Banyak sekali dampaknya, misalnya polutan NO2 itu kan mempunyai sifat racun jadi sungguh berbahaya, disamping itu polutan dari kendaraan bermotor yang tidak manis mampu menganggu pernafasan dan menghancurkan paru-paru," kata Afif.
Namun Afif menerangkan bahwa LAPAN telah melakukan penyuluhan dan pemberitahuan terhadap daerah-daerah yang memang memiliki tingkat polutan yang tinggi. Bekerjasama dengan BLH di tiap-tiap Pemda.
"Tentunya mesti ada pengaturan tentang keberadaaan kendaraan bermotor dan juga industri yang dibangun di daerah tersebut. Industri-industri harus memiliki standar pembuangan gas yang tepat dengan aturan itu yang paling penting," katanya.
Menurut penuturan Afif, selain pencegahan yang berbasis teknologi ada pula pencegahan yang bisa dilakukan oleh air hujan untuk membantu membersihkan tingkat polutan yang tinggi. Namun tetap saja, kita tidak mampu hanya menggandalkan air hujan untuk membantu membersihkan kadar polutan yang kadung tinggi.
"Ada pula proses pencucian secara almiah yang dikerjakan oleh air hujan. Kaprikornus wajar lagi terus naik lagi, proses alamiahnya ada. Tapi kita tidak menggantungkan seluruhnya ke proses alamiah. Harus ada kesadaran sendiri," tutur Afif.
Sementar ini, menurut Afif yang paling memungkinkan untuk dikerjakan yakni melalui proses penggendalian dengan teknologi mirip digantinya bahan bakar dari premium ke pertamax dan penggendalian pembuangan limbah gas dari industri-industri.
Lebih lanjut Afif menyampaikan, meskipun secara biasa kadar oksigen di kawasan Indonesia mempunyai kadar yang normal dikisaran 20 persen. Namun di daerah di Pulau Giliyang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, memiliki udara yang memang lebih terasa sejuk dan segar. Berdasarkan observasi yang dikerjakan oleh LPAN tahun 2006 silam memang pulau ini memiliki kadar oksigen cukup tinggi. Namun tidak bisa dijadikan standar sebagai tempat dengan kadar oksigen tertinggi di Indonesia, karena belum ada penelitian yang membandingkan dengan kawasan lain.
"Secara lazim semua kawasan di Indonesia mempunyai kadar oksigen 20 persen, namun di Pulau Giliyang memang terasa berbeda, terasa lebih sehat, sebab kadar polutannya rendah. Kaprikornus bukan serta merta karena kadar oksiegn," tutup Afif.
Post a Comment for "Polutan Mengancam Kota Besar Di Indonesia"