Jamu ialah ramuan atau obat tradisional yang berasal dari warisan ribuan tahun yang lalu . Belakangan populer dengan istilah herba atau herbal. Jamu berasal dari bahan-bahan alami, berupa bab dari flora mirip rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah.
Jejak Sejarah Jamu
Kitab Gatorkaca Sraya
Kitab Gatotkaca Sraya yang ditulis Mpu Panuluh, dikala Kerajaan Kediri dipimpin Jayabaya. Di kitab itu banyak didapatkan ungkapan “jampi” dan “usodo”, yang menjadi asal usul kata “jamu”.
Relief Candi Borobudur
Bukti artefak pada relief dinding candi Borobudur sekitar kala 750 masehi yang menggambarkan adanya aktivitas meramu, meracik, menciptakan jamu atau ramuan obat tradisional. Selain di Candi borobudur relief perihal jamu atau ramuan tradisional juga terdapat dalam Candi Prambanan, Penataran dan Sukuh.
Alat yang digunakan untuk mengolah jamu antara lain yaitu lumpang, pipisan dan ulesan.
Prasasti Madhawapura
Prasasti Madhawapura menampung ihwal adanya profesi peracik jamu yang disebut Acaraki.Kata Acaraki berasal dari bahasa sanskerta ACARAKI – ACRAKI – CRAKI – CRAKEN; craki penjual materi jamu, pedagang bahan obat. crakèn : bahan jamu, materi obat-obatan. Secara linguistic acaraki ialah orang meramu atau meracik bahan-bahan dari alam untuk dijadikan jamu atau ramuan obat.
Catatan Jaman Mataram
Terdapat kitab dari jaman mataram dalam kisaran tahun 1700an yang membahas wacana jampi yakni catatan tentang penggunaan materi alami ini untuk kecantikan adalah kehidupan keraton. Ditemukan di dalamnya sekitar 3.000 resep jamu.
Serat Centhini
Dalam serat yang berasal dari tahun 1814 juga mengulas perihal ramuan jamu.
Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi
Naskah wawasan tentang jamu Jawa yang ditulis tahun 1858. Kitab yang tersimpan di Sonopoestoko Kraton Susuhunan Surakarta itu menampung 1734 resep jamu atau ramuan tradisional.
Catatan-catatan kuno perihal ramuan tradisional juga banyak terdapat di seluruh kawasan nusantara.
Jamu dan Ramuan Tradisonal Putri Keraton
Untuk perawatan kecantikan pada terutama, ramuan yang paling banyak dipakai adalah jamu, lulur atau boreh, bedak cuek, tapel dan pilis.
Jamu
Bila jamu diminum untuk merawat keayuan dari dalam, maka lulur, boreh dan mangir merawatnya dari luar. Caranya adalah dengan membantu mengangkat sel-sel kulit mati yang menumpuk, sekaligus memutihkan dan mencerahkan kulit.
Mangir
Mangir yaitu abu yang berisikan gabungan bahan-materi alami. Mangir dibentuk dari temu giring, kunyit, cendana dan akar amis yang ditumbuk, dijadikan serupa pasta kemudian dioleskan pada kulit dan digosok. Sedangkan lulur lazimnya dibuat dari debu kopi, alpukat, bengkuang, wortel, teh hijau dan bahan-bahan lain.
Boreh
Lain lagi dengan boreh, yang banyak didapatkan yang dibuat dari padi atau gandum. Sementara tapel lebih banyak digunakan oleh para wanita sehabis melahirkan. Manfaatnya yaitu untuk membantu kulit perut semoga kembali kencang, sehat dan segar. Bahannya antara lain temu kunci, daun sirih dan lemon.
Pilis
Ada juga pilis yang dibuat dari campuran kencur dan daun belimbing wuluh. Ramuan ini dihaluskan dan dicampur air kemudian dioleskan pada dahi. Selain membantu mengobati sakit kepala, pilis juga membantu menetralisir kerutan pada dahi serta menjernihkan pandangan.
Bedak Dingin
Sedangkan untuk membantu menenangkan kulit, kaum hawa periode lampau memakai bedak acuh taacuh. Sekaligus untuk melindungi kulit dari efek sinar matahari, serta melindungi paras juga. Bahan pembuatannya yakni beras, sari bengkuang, umbi rumput, teki, mawar, melati dan pandan.
Post a Comment for "Resep Diam-Diam Putri Keraton"