Meski begitu, imbas kekerasan emosional dalam korelasi asmara bisa jauh lebih berbahaya daripada kekerasan fisik, lho! Terlebih, tindakannya sering tidak disadari oleh pelaku dan bahkan korbannya sekali pun.
Apa yang tergolong selaku kekerasan emosional?
Kekerasan emosional adalah jenis kekerasan yang mencakup serangan secara verbal maupun ditampakkan secara tidak langsung melalui sikap manipulatif. Misalnya meremehkan atau merendahkan, mencaci, mengancam, mengintimidasi, perilaku posesif yang berlebihan, atau bahkan total mengabaikan Anda.
Tidak mirip kekerasan fisik maupun kekerasan seksual, kekerasan emosional dalam korelasi sifatnya lebih halus dan kadang kala membingungkan korbannya. Pelaku pada awalnya bisa melaksanakan banyak sekali macam cara untuk menciptakan Anda yakin sepenuh hati padanya. Begitu strategi manipulasinya berhasil menghancurkan persepsi dan kepercayaan diri Anda selaku korban, barulah dia mengerahkan aksinya.
Tanda-tanda kekerasan emosional dalam korelasi
Korban kekerasan emosional pada umumnya tidak menyadari beliau telah menjadi sasaran alasannya adalah bentuknya tidak terlihat. Namun jangan salah. Meski tidak terlihat, dampak kekerasan emosional mampu justru lebih dahsyat. Mulai dari mencoreng harga diri dan rasa yakin diri sampai trauma berat PTSD, stress, dan bunuh diri.
Itu kenapa penting untuk mendeteksi sedini mungkin tanda-tanda kekerasan emosional yang mungkin terjadi dalam relasi Anda.
1. Sering menyalahkan
“Begitu saja kok bisa salah, sih! Aku kan telah pernah bilang..”
“Jangan ngaco deh! Maksud aku tadi tuh nggak begitu!”
“Kamu mengada-ngada. Itu tidak pernah terjadi.”
Kalimat-kalimat di atas pernah terlontar dari verbal pasangan? Jika ya, besar kemungkinannya pasangan menggunakan taktik manipulasi tersamar yang disebut dengan gaslighting. Pelaku akan terus bersikeras memelintirkan fakta sehingga korban malah jadi mulai mewaspadai kebenaran model dirinya sendiri.
Jika pasangan Anda sering merendahkan Anda dan memelintirkan fakta sehingga Anda terlihat seperti orang yang tidak rasional dan hilang logika sehat, ini ialah sinyal bahaya Anda sedang mengalami kekerasan emosional.
2. Posesif
Semua orang tentu menginginkan diperhatikan oleh pasangannya. Akan namun, jika ini dikerjakan secara berlebihan sampai membiarkan pasangan posesif, maka hal ini tidak baik untuk kekerabatan Anda.
“Kamu mesti ngabarin saya setiap hari, ya.”
“Kamu lagi dimana? Sama siapa saja?”
“Jangan pergi sama temen cowok itu, saya nggak suka.”
Saking posesifnya, ada orang yang meminta pasangannya untuk menawarkan kata sandi untuk semua akun media sosialnya. Katanya, ini bermaksud untuk menghalangi perselingkuhan. Begitu beliau tahu bahwa Anda sedang pergi bersama sobat lawan jenis, pasangan Anda akan murka besar dan langsung menyalahkan Anda.
Cemburu itu normal, kok, namun dengan catatan masih dalam batas wajar. Sikap terlalu posesif dan cemburu justru mampu menyebabkan pasangan Anda bersikap garang kepada Anda.
3. Mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, tapi dianggap selaku materi bercandaan
Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada ketika Anda menerima perkataan negatif, khususnya dari pasangan Anda sendiri. Misalnya, ia sering mengundang Anda dengan panggilan negatif seperti “bodoh” atau “ganjen” di depan sahabat-teman Anda.
Terlebih bila saat Anda menegurnya untuk berhenti, ia justru eksklusif membantah atau menyepelekan dengan “Ah, saya kan hanya bercanda. Kamu jangan terlalu sensitif, deh.”
Hati-hati, sikap buruknya ini sudah melecehkan Anda secara emosional, lho.
4. Anda harus meminta maaf, padahal Anda tidak salah
Perlu dikenang bahwa pelaku kekerasan emosional lazimnya memiliki sifat manipulatif. Artinya, pasangan Anda sengaja merendahkan Anda, menciptakan Anda tidak berdaya, dan menempatkan Anda selaku pihak yang bersalah agar Anda terus-terusan minta maaf. Misalnya dengan berkata mirip “Kamu ngomel hanya gara-gara hal seremeh itu? Yang bener aja!”
Ya, ini tergolong salah satu kekerasan emosional yang patut diwaspadai. Jika Anda memang menyadari sudah berbuat salah, tentu meminta maaf ialah langkah yang sempurna. Akan namun kalau Anda percaya benar bahwa Anda tidak salah, punya buktinya, dan tudingan tanpa alasan ini terus-akses terjadi, pertimbangkan untuk menuntaskan relasi tersebut.
5. Pasangan senantiasa tidak ada untuk Anda
Pada mulanya, pasangan akan bersikap anggun dan romantis dengan menawarkan bunga atau barang-barang kesukaan Anda. Tak lain, hal ini bermaksud untuk menciptakan Anda percaya bahwa beliau mengasihi Anda. Setelah Anda larut dalam ‘permainan’nya, pasangan akan mulai bersikap manipulatif dan bertingkah berangasan secara mulut.
Lagi-lagi, beliau akan berdalih bahwa ini ialah bentuk kasih sayangnya kepada Anda. Tanpa sadar, Anda akan mulai menyalahkan diri sendiri alasannya telah menuduh yang tidak-tidak.
6. Meremehkan
Apabila setiap kali diskusi atau bertengkar, ia justru mengakhiri obrolan dengan mendiamkan atau menolak mentah-mentah untuk menyimak Anda sehingga menciptakan Anda tidak berdaya dan dihargai, ini yaitu sinyal bagi Anda untuk menyelesaikan korelasi.
Atau sebaliknya, kalau pasangan Anda terus-kanal merendahkan martabat dan akidah diri Anda. Misalnya Anda gres saja menang kontes esai menulis atau proyek kantor pimpinan Anda gres gol.
Bukannya mengucapkan kata selamat dan menyemangati, pasangan yang abusive justru akan meremehkan Anda. “Pantas saja kau menang. Pesertanya paling hanya sedikit, kan lingkupnya kecil.”
Hal ini tentu akan menjatuhkan harga diri Anda. Padahal, derma dari pasangan pasti sangat berarti untuk menumbuhkan rasa dogma diri Anda.
7. Mengancam
Tanda kekerasan emosional ini telah terperinci. Jika pasangan mulai mengancam akan menggantikan semua hal-hal penting dalam hidup Anda, mulai dari uang, rumah, bahkan bawah umur Anda, ini ialah sinyal bahaya.
Bentuk ancamannya pun mampu beragam. Entah itu bahaya untuk meninggalkan Anda, membeberkan belakang layar Anda, dan sebagainya.
Secara tidak pribadi, Anda akan dipaksa untuk terus bergantung kepada pasangan. Alih-alih mempererat hubungan, tekanan batin ini justru tidak baik untuk kesehatan emosional Anda.
8. Mengisolasi
Pasangan yang abusive dan sering melakukan kekerasan emosional lazimnya akan menjauhkan Anda dari keluarga dan teman-teman Anda dengan aneka macam cara. Lagi-lagi, ini bertujuan semoga Anda cuma mampu bergantung kepadanya saja.
Alhasil, pasangan Anda mampu bertindak semena-mena dan melecehkan Anda secara emosional dengan lebih leluasa. Semakin gampang Anda dijauhkan dari orang terdekat, maka kian sulit pula bagi Anda untuk keluar dari relasi yang tidak sehat ini.
Post a Comment for "Tanda Anda Mengalami Kekerasan Emosional"